Sabtu, 01 Desember 2012

Temuan menarik, berbisnis dengan memberi gratisan


Saat ini lagi musim berbisnis dengan cara memberikan produk secara gratis kepada konsumen terlebih dahulu, dengan tujuan mendapatkan laba dikemudian hari.


Salah satu barang yang paling sulit dijual adalah narkoba. Jelas-jelas dilarang oleh pemerintah. Kalau sampai tertangkap sedang menjual narkoba, bahkan bisa dihukum mati. Namun, tetap saja penyebaran narkoba bisa meluas ke mana-mana.

Di sini saya sama sekali tidak mengajari untuk berjualan narkoba. Absolutely no! Namun, cara berjualan narkoba ternyata menjadi standar terbaru berjualan di dunia modern ini. Bagaimana cara orang menjual narkoba? Mereka sengaja membagikannya terlebih dahulu dalam porsi kecil, gratis. Lalu setelah orangorang ketagihan dan menjadi pencandu, baru orang akan membeli dengan harga yang sangat mahal.

Apakah Anda pernah bercukur? Bila pernah bercukur, Anda akan akrab dengan merek Gillete. Dulu saat berumur empat puluh tahun, King Gillete sedang bercukur dengan pisau cukur yang begitu tumpul sehingga tidak bisa lagi diasah. Lalu dia mendapatkan ide, bagaimana kalau pisau cukur bisa dibuat dari potongan logam yang sangat tipis dan tidak bisa diasah? Sehingga saat sudah tumpul, harus dibuang dan beli lagi.

Namun, produk itu tidak melejit.Dalam setahun,dia hanya berhasil menjual 51 alat cukur dan 168 mata pisau cukur. Dia mulai menjual murah alat cukurnya kepada berbagai rekanan, misalnya ke pabrik kopi, teh, bumbu dapur, sehingga alat cukur ini bisa diberikan sebagai bonus gratis kepada konsumen. Saat konsumen mendapatkan alat cukurnya, dan merasakan manfaatnya, mereka mulai membeli mata pisau cukurnya.

Pada zaman sekarang, kita bisa menggunakan berbagai macam fasilitas secara gratis. Kita bisa bertukar kabar dan melihat foto lewat Facebook. Kita bisa menonton video di YouTube. Dari YouTube, kita bisa belajar banyak. Proses belajar yang tadinya membosankan dan hanya dengan membaca, sekarang jadi jauh lebih gampang lewat YouTube.

Kita bisa mencari informasi super lengkap di Wikipedia. Kita bisa mencari informasi tentang apa pun di Google, bisa melihat atap rumah lewat satelit. Kita juga bisa melihat keindahan bawah laut, bahkan bisa mengunduh operating system Linux dan menginstalnya di banyak komputer. Semuanya gratis.Tanpa biaya. Selain itu, kita juga bisa terhubung bukan hanya lewat SMS atau telepon. Kita juga bisa berkomunikasi sambil melihat wajah lawan bicara lewat Skype.

Kita bisa menyimpan dokumen di internet dan mengaksesnya kapan saja. Komputer kita bisa otomatis di-back-up secara online. Semuanya gratis! Bagi yang memiliki komunitas, kita juga bisa berjualan di Twitter. Bahkan, salah satu faktor kemenangan Barack Obama saat pemilu adalah karena peran besar sosial media, yang lagi-lagi disediakan secara gratis.

Kalau semuanya gratis, lalu dapat uang dari mana? Apakah mereka tidak untung? Google sebagai penyedia layanan gratis yang sangat berkualitas,merupakan salah satu perusahaan yang sangat menguntungkan. Lebih indah lagi, gratis ini bukan iming-iming atau trik, namun benar-benar gratis. Ekonomi gratis atau yang disebut 'freeconomics' ini semakin lama semakin berkembang dan menjadi salah satu model bisnis yang paling menguntungkan.

Cara berbisnis semakin berubah. Dulu penyedia konten sering kali "berperang" dengan para "pembajak" konten media. Mereka menuntut, mengancam, dan menangkap. Namun ternyata cara ini tidak mempan, dan pembajakan malah semakin merajalela. Maka sebuah grup komedi Inggris, Monty Python, mengambil jalan yang berbeda. Mereka meletakkan video mereka sendiri di YouTube. Semuanya dengan kualitas yang paling bagus.

Semua orang bebas menontonnya, lagi-lagi gratis. Apa yang terjadi? Tiga bulan kemudian DVD Monty Python melonjak menduduki posisi No 2 di Amazon’s Movies dan masuk acara TV paling populer, dengan kenaikan penjualan sebesar 23 ribu persen. Orang-orang senang dengan video Monty Python. Mereka menjadi akrab dan ingin lagi.

Mereka pun memesan DVD-nya. Yang lebih menarik, siapa yang membayar biaya promosinya? Biaya penyimpanannya? Yang memastikan videonya tersedia selama 24 jam sehari? YouTube yang melakukan semuanya, gratis! Apakah semuanya bagus dengan sistem gratis ini? Beberapa toko tidak mampu bertahan. Memang betul, pada era digital, angka penjualan CD sangat menurun. Toko yang berjualan CD mulai tutup.

Namun bisnis ini semakin bergeser. Angka penjualan lagu singel lewat Apple iTunes meningkat. Angka penjualan tiket konser meledak. Bila konser meledak, tentu saja pendapatan dari sponsor ikut meledak. Angka penjualan barang-barang yang berhubungan dengan konser juga meledak. Memang betul, banyak toko buku besar mulai terancam tutup.

Model distribusi lewat toko buku sudah mulai terancam. Namun, sebenarnya bukan terancam. Sama seperti penjualan CD tadi,hanya bergeser saja dari cara lama ke cara baru. Toko buku online semakin bermunculan. Saya sendiri, sebagai penggemar buku impor, juga merasa senang.Amazon menjual buku secara langsung kepada customer-nya dengan harga yang jauh lebih murah daripada di toko buku impor.

Bahkan, sekarang saya mulai menikmati versi buku digital dari Amazon, dengan harga yang lebih murah lagi. Buku digital yang muat di telepon genggam saya. Namun, bagaimana saya memutuskan mau membeli buku yang mana? Amazon menyediakan review dari begitu banyak pembaca sebelumnya. Sesuatu yang tidak ada di toko buku biasa.

Sesuatu yang saya hargai. Bahkan saya bisa membaca sampel, yang berupa beberapa bab awal dari buku tersebut. Sesuatu yang tidak gampang dilakukan di toko buku biasa. Saat saya bisa membaca sampelnya, saya menjadi semakin yakin dalam memilih. Sesuatu yang sangat saya hargai. Semuanya disediakan secara gratis.

Bahkan lebih menariknya buku digital ini,beberapa buku menyediakan link langsung ke video-videonya. Saya tidak hanya membaca, tetapi juga bisa menonton langsung cara mempraktekkan apa yang ada di buku tersebut. Bagaimana dengan Anda? Apakah Anda sudah mulai bagi-bagi produk Anda secara gratis? Bila Anda tidak melakukannya, saingan Anda mungkin akan melakukannya lebih dulu. Selamat berbagi, gratis!

Sumber: TUNG DESEM WARINGIN