Jumat, 30 November 2012

Seputar Sariawan pada Balita dan Bayi

Anak sedang menderita sariawan.

Sariawan dapat dikatakan tidak penting dan penting, akan lebih baik jika kita mengetahui apa itu tentang sariawan, penyebab, serta yang paling penting solusinya...



Meski tidak berbahaya, namun sariawan atau yang istilah kedokterannya Recurrent Apthous Stomatis (RAS) dapat membuat si kecil mogok makan dan bicara. Ia juga jadi enggan bermain, akibat selalu mengeluarkan air liur untuk menghindari gesekan lidah dan mulut terus menerus. 
Sariawan memang tak hanya menyerang orang dewasa, anak kecil bahkan bayi yang berusia 6-24 bulan dapat terjangkit penyakit ini.

Pada bayi, umumnya sariawan disebabkan oleh jamur. Sedang pada balita disebabkan akibat trauma dan jamur. Ada 3 jenis sariawan yang kerap menyerang anak, yaitu:

1. Stomatitis apthosa

Sariawan ini akibat adanya trauma, misalnya tergigit atau terkena sodokkan sikat gigi hingga luka atau lecet. Bila kuman masuk dan daya tahan tubuh menurun, maka luka menjadi infeksi. Biasanya timbul peradangan dan rasa sakit atau nyeri. Untuk kebaikan si kecil, pilihlah sikat gigi yang lembut dan bersihkan gigi secara benar untuk mengurangi potensi luka. 

Sedang pada orang dewasa, sariawan kerap dipicu oleh pemakaian pasta gigi yang mengandung SLB (Sodium Lauryl Sulfate). Zat ini juga ditemukan padafloor cleanershand soaps, bahkan shampoo. Jadi SLS adalah sejenis detergen, sehingga pilihlah pasta gigi yang tidak mengandung SLS.

2. Oral thrush/moniliasis
Disebabkan oleh jamur candida albican yang biasanya dijumpai dan bersarang di lidah. Pada keadaan normal, jamur memang terdapat dalam mulut. Tapi saat daya tahan tubuhnya menurun, serta penggunaan obat antibiotik yang berlangsug lama atau melebihi jangka waktu pemakaian, akan memudahkan jamur candida albican tumbuh melebihi normal.

3. Stomatitis herpetic
Disebabkan virus herpes simplek dan berlokasi di bagian belakang tenggorokan. Sariawan ditenggorokan terjadi jika ada virus yang sedang mewabah dan daya tahan tubuh sedang rendah. 

Sariawan jenis stomatitis herpetic dan stomatitis apthosa biasa terjadi pada anak-anak, sementara anak balita lebih banyak mengidap sariawan jenis moniliasis.

Tergantung Frekuensi
Ada anak yang sering terkena sariawan, ada pula yang jarang. Bagi yang sering, biasanya dalam sebulan terkena 2-3 kali. Proses penyembuhannya pun cukup lama, rata-rata 7-9 hari atau 2 minggu. 

Sedangkan yang jarang, umumnya baru mengalami sariawan sekitar 2-3 bulan sekali. Sariawan pada bayi dan balita lebih sering terjadi di bibir, lidah, pipi bagian dalam (mukosa), dan tenggorokan. Biasanya hanya satu atau dua titik saja.

Gejala sariawan
Pada bayi, gejala sariawan berupa suhu badan meninggi hingga 40 derajat Celcius, mengeluarkan air liur lebih dari biasa, rewel, tak mau makan atau makanan dimuntahkan, tak mau susu botol bahkan ASI, dan gelisah terus. Biasanya disertai dengan bau mulut yang kurang sedap, akibat kuman atau jamur. Sedangkan pada balita, kadang suhu yang naik tak terlalu tinggi dan nafsu makannya berkurang.

Gejala yang mudah dikenali, adalah lidah yang menjadi agak licin, berwarna kemerah-merahan, timbul luka dibagian bawah dan pinggir atau pada belahan bagian tengah lidah. Pada pipi bagian dalam tampak bintik-bintik putih, terkadang terdapat benjolan kecil yang dapat pecah sehingga mulut terasa perih.

Penanganan yang diberikan:
Sariawan dapat sembuh dengan sendirinya, kecuali sariawan akibat jamur yang harus diobati dengan obat antijamur. Masa penyembuhan relatif lama, yaitu seminggu. Jika tak segera diobati, dapat berkelanjutan meski hanya menyebar di sekitar mulut saja. Tapi jamur yang tertelan dan melewati pembuluh darah, juga bisa menyebabkan diare.

Saat sariawan, biasanya si kecil enggan makan atau minum. Berikut kiat untuk membantunya mendapatkan asupan yang dibutuhkan:

- Suapi makannya dengan menggunakan sendok secara perlahan-lahan. Usahakan minum menggunakan sedotan dan gelas, untuk menghindari kontak langsung dengan sariawan serta tak menimbulkan gesekan dan trauma lebih lanjut.

- Berikan makanan yang bertekstur lembut dan cair, pada intinya yang mudah ditelan dan disuapi. Hindari makanan yang terlalu panas atau terlalu dingin, agar tidak menambah luka. 

- Makanan yang banyak mengandung vitamin C dan B serta zat besi, dapat memercepat proses penyembuhan. Misalnya buah-buahan dan sayuran hijau. Kekurangan vitamin C dapat memudahkan si kecil mengalami sariawan. 

- Olesi bagian yang sariawan dengan madu.

Jika telah diberi obat, biasanya obat kumur, tetapi tak juga sembuh, kemungkinan ada penyebab lain. Misalnya kuman yang telah bertambah, pemakaian obat dengan dosis tak tepat, atau cara memberi makanan yang membuat sariawan si kecil kembali mengalami trauma di lidah. 

Bisa juga lantaran daya tahan tubuh anak yang rendah. Biasanya anak yang sering sariawan, lebih banyak akibat daya tahan tubuhnya rendah dan kebersihan mulut dan gigi yang tak terjaga.

Sumber : www.halohalo.co.id

Sariawan Neng...! Kata-kata itu sering kita dengar pada aneka iklan suplemen obat panas yang berseliweran di televisi. Sariawan, gangguan penyakit pada rongga mulut, ini kadang ditanggapi sepele oleh penderitanya. Entah dengan didiamkan saja dengan harapan penyakitnya hilang sendiri atau dengan banyak mengkonsumsi sambal yang diyakini bisa mengobati sariawan. Meski penyakit ini sering terjadi di masyarakat, ternyata tak banyak yang tahu apa penyebab terjadinya sariawan.

Seperti dikemukakan Dr. drg. Harmas Yazid Yusuf, SpBM dari Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Bandung, sariawan merupakan bahasa awam untuk berbagai macam lesi/benjolan yang timbul di rongga mulut. Biasanya jenis sariawan yang sering timbul sehari-hari pada rongga mulut disebut Stomatitis Aftosa Rekuren (SAR).

Gejalanya berupa rasa sakit atau rasa terbakar satu sampai dua hari yang kemudian bisa timbul luka (ulser) di rongga mulut. Rasa sakit dan rasa panas pada sariawan ini membuat kita susah makan dan minum. Sehingga kadang pasien dengan SAR datang ke dokter gigi dalam keadaan lemas.

"Ini sering menyerang siapa saja. Tidak mengenal umur maupun jenis kelamin. Biasanya daerah yang paling sering timbul SAR ini adalah di mukosa pipi bagian dalam, bibir bagian dalam, lidah serta di langit-langit," kata drg. Harmas dalam percakapan dengan wartawan disela-sela Kongres Nasional IX Persatuan Ahli Bedah Mulut Indonesia yang diselenggarakan di Bandung, belum lama ini.

Ditanyakan faktor penyebab utama terjadi sariawan, drg. Harmas mengatakan, sampai saat ini belum diketahui penyebab utama sariawan. Namun para ahli menduga banyak hal yang menjadi penyebab timbulnya sariawan ini, antara lain, defisiensi (kekurangan) vitamin B12 dan zat besi. Selain juga kemungkinan terkena infeksi virus dan bakteri sebagai pencetus timbulnya sariawan ini. "Ada pula yang mengatakan bahwa sariawan merupakan reaksi imunologik abnormal pada rongga mulut," ujarnya.

Banyak pendapat menyatakan munculnya sariawan karena kurangnya vitamin C. Namun tidak sepenuhnya pendapat tersebut benar. Bukan berarti Anda kekurangan vitamin C bila terkena sariawan. Ada faktor penyebab lain yang lebih berperan yakni stress.

"Nah yang cukup sering terjadi pada kita, terutama warga kota yang sibuk adalah mengalami stress. Banyak penelitian menunjukkan faktor psikologis yang disebabkan oleh stress merupakan faktor terbesar terjadi sariawan," ujarnya.

Upaya yang dapat dilakukan untuk menghindari timbulnya sariawan adalah dengan menjaga kebersihan rongga mulut serta mengkonsumsi nutrisi yang cukup, terutama yang mengandung vitamin B12 dan zat besi. Selain jangan lupa untuk menghindari stress. Namun bila ternyata sariawan selalu hilang timbul, Anda dapat mencoba dengan kumur-kumur air garam hangat dan pergi ke dokter gigi untuk meminta obat yang tepat untuk sariawannya.

Kanker Rongga Mulut

Kendati sariawan kelihatannya sepele, drg. Harmas meminta perhatian penderitanya bila sariawan yang dideritanya itu berkepanjangan. Karena hal itu bisa menjadi gejala awal terkena kanker rongga mulut. Begitu pula dengan gangguan pada mulut lainnya, seperti infeksi gigi yang menyebabkan gigi goyang. Jika penyebab gigi goyang itu adalah kanker rongga mulut, pencabutan gigi bisa jadi petaka karena mempermudah penyebaran kanker ke organ vital lainnya.

Drg. Harmas menyebut, kanker rongga mulut memiliki gejala yakni, sariawan berkepanjangan selama lebih dari dua minggu, serta kelenjar getah bening di leher terasa sakit dan sedikit bengkak. "Selain juga adanya benjolan-benjolan yang cukup besar di wilayah rongga mulut," kata drg. Harmas kepada wartawan disela-sela.

Harmas menjelaskan, kanker rongga mulut tergolong berbahaya dan sulit disembuhkan karena kebanyakan kasusnya baru terdeteksi dalam keadaan lanjut. Untuk itu, ia menganjurkan dokter gigi mewaspadai gejala awal kanker rongga mulut berupa sariawan yang berkepanjangan serta infeksi gigi.
Kanker rongga mulut adalah kanker di rongga mulut dan faring. Faring adalah saluran yang terletak antara rongga hidung serta rongga mulut dan kerongkongan, termasuk kanker bibir, lidah, kelenjar liur, gusi, dasar mulut, dan bagian lain mukosa bukal.

Jika ditemukan dalam stadium lanjut, kanker rongga mulut biasanya tidak dapat diangkat lagi karena sudah menyebar jauh. Penyebaran mencakup kepala, kelenjar getah bening di leher, paru-paru, hingga lever.

Vitamin C

Satu hal yang perlu perhatikan dalah bagaimana bersikap bijaksana saat mengkonsumsi vitamin C. Karena mengkonsumsi vitamin C dengan dosis terlalu besar bisa mengganggu penyerapan dan penggunaan vitamin B-12 oleh tubuh. Ia juga menurunkan kerja obat tertentu, dan bisa menyebabkan batu ginjal serta diare.

Konsumsi vitamin C yang tinggi dalam jangka pendek juga bisa menjadikan kita malah seperti kekurangan vitamin C. Ibu hamil yang mengkonsumsi 400 miligram vitamin C per hari sepanjang kehamilan, akan melahirkan bayi yang sariawan. Jumlah vitamin C dalam darah juga akan lebih rendah dari normal jika orang yang membiasakan diri makan vitamin C secara wajar.

Vitamin C tak dapat disimpan dalam tubuh. Sehingga memang perlu dikonsumsi setiap hari. Tapi akibat kesadaran tinggi akan perlunya vitamin C, banyak orang di sekitar kita menyantapnya berlebihan.

Bersikap bijak terhadap vitamin C, sama halnya dengan mengakrabinya secara apa adanya. Karena asupan ini sangat penting bagi tubuh. Terutama bagi mereka yang sering mengalami sariawan, scurvy, bengkak gusi atau luka rongga mulut yang jika diamati benar, bukan penyakit sepele. Bisa menyebabkan kekakuan pada sendi tulang, perdarahan di bawah kulit dan jaringan dalam, penyembuhan luka yang lambat, sampai anemia. Padahal sariawan bisa terjadi pada semua golongan usia, bahkan pada bayi berusia 6-24 bulan.

Vitamin C penting sebagai pembentuk kolagen, protein yang berfungsi sebagai "semen" perekat antar-jaringan tubuh. Kolagen ini dibentuk dari prokolagen, yang mengandung asam amino hidroksiprolin dan hidroksilisin. Dua asam amino itu diubah dari prolin dan lisin, setelah sebelumnya prokolagen dibentuk.

Proses perubahan prolin dan lisin dalam prokolagen ini dilakukan oleh enzim prolil hidroksilase, yang membutuhkan keberadaan ion besi ferro. Padahal, bahan tidak stabil dan mudah dioksidasi. Maka tugas vitamin C adalah menjaga agar ion besi ferro tidak teroksidasi.
Kekurangan vitamin C mengakibatkan proses hidroksilasi dalam prokolagen berkurang. Sehingga serat kolagen yang terbentuk menjadi lebih rapuh. Akibatnya, jaringan lunak seperti dalam rongga mulut, jaringan penghubung antara daging dan gigi, daging dan tulang, mudah robek sehingga timbullah sariawan.

Dinding pembuluh-pembuluh darah kapiler di dalam jaringan juga putus, sehingga terjadi perdarahan, misalnya pada gusi. Gusi berdarah, dan jaringannya lemah serta melunak. Dentin, yang terletak di bawah lapisan email gigi dan menjadi bagian dari akar gigi, pecah. Alat pengunyah itu menjadi goyah dan proses penghancuran makanan menjadi sulit. Sambungan tulang pun nyeri. Sehingga kekurangan vitamin C pada bayi bisa mengakibatkan terganggunya pembentukan jaringan tulang.

Perdarahan dalam kulit akan menimbulkan efek yang lebih parah, misalnya munculnya flek hitam-biru yang tampak pada kulit, berupa munculnya bintik-bintik merah di sekeliling tempat tumbuhnya rambut, misalnya tangan, pantat, lengan, dan punggung.

Sel-sel penumbuh rambut tidak menerima zat-zat gizi dari darah, sehingga rambut tumbuh kasar dan kaku. Jika perdarahan terjadi pada jaringan jantung atau otak, penderita sariawan bisa meninggal mendadak. Ini bisa terjadi jika seseorang kekurangan vitamin C selama 5 bulan! Jadi tidak perlu berlebihan dalam mengkonsumsi vitamin C, alih-alih mau sehat malah sakit. (T-1)


Sumber : Suara Karya Online