Jumat, 02 November 2012

Enam Mitos Vaksin Flu


Flu adalah penyakit yang kerap dianggap ringan oleh para penderitanya, padahal belum tentu demikian. Di Amerika, selama musim flu 2011-2012, sebanyak 128 juta orang (42 persen dari penduduk negeri tersebut) menerima suntikan vaksin flu. Jumlah tersebut sama dengan 43 persen mereka yang divaksin tahun lalu. Di Indonesia, vaksin flu juga semakin populer. Namun, di Amerika sendiri beredar berbagai mitos mengenai vaksin flu ini. Berikut mitos-mitos tersebut :


1. Anda bisa saja terkena flu atau kasus ringan flu akibat vaksin flu
Menurut Dr. Dennis Cunningham, dokter spesialis penyakit infeksi di Nationwide Children's Hospital Columbus Ohio, suntikan vaksin flu tidak mengandung virus hidup, hanya protein viral. "Sangat tidak mungkin terkena flu dan sangat tidak mungkin menyebarkan flu dari suntikan," ujar Dr. Cunningham seperti dikutip LiveScience, 28 Oktober 2012.

Setelah divaksin, sebagian orang kemungkinan mengalami nyeri di tangan di wilayah yang diinjeksi atau mengalami demam ringan. "Ini adalah reaksi dari vaksin, bukan infeksi flu yang sesungguhnya atau flu ringan sekali pun," kata dr Cunningham. "Orang dengan reaksi ini bisa pergi bekerja, sebab ini bukan flu. Jika Anda flu, Anda akan merasa letih, panas, dan sakit."

2. Vaksin flu tidak aman untuk wanita hamil atau bayi
Menurut Dr. Cunningham, vaksin flu aman untuk wanita hamil dan bayi berusia lebih dari enam bulan. Selain itu, wanita hamil yang divaksin bisa menurunkan risiko menyebarkan infeksinya kepada bayi dalam kandungannya.

3. Antibiotik bisa melawan flu
Antibiotik hanya membunuh bakteri, sedangkan flu disebabkan oleh virus. Memang, kata Dr. Cunningham, ada obat antiviral yang bisa melawan flu. Namun, obat ini baru bereaksi 48 jam setelah gejala flu muncul. "Kebanyakan orang pergi ke dokter dan melewatkan tanda 48 jam tersebut," ujar dia.

4. Anda tidak perlu vaksin flu jika sudah pernah mendapatkannya tahun lalu
Ada dua alasan orang direkomendasikan untuk mendapatkan vaksin flu setiap tahun, ujar Dr. Cunningham. Pertama karena strain flu yang beredar dari tahun ke tahun berubah. "Seperti juga pilek, ada lebih dari satu tipe virus yang menyebabkan flu," kata dia. Alasan kedua, karena imunitas yang berkembang setelah disuntik berkurang atau melemah seiring bertambahnya waktu

5. Vaksin flu mengandung thiomerosal sehingga berbahaya
Thiomerosal "pengawet yang mengandung merkuri" tidak pernah dikatakan berbahaya, kata Dr. Cunningham. Tipe merkuri yang dikaitkan dengan kerusakan sistem saraf adalah methyl mercury. Karena itu pula, wanita hamil harus menghindari methyl mercury yang terkandung dalam sejumlah ikan. Sebaliknya, thiomerosal mengandung ethyl mercury.

Dr Cunningham juga menjelaskan bahwa hanya sedikit sekali kandungan thiomerosal dalam lusinan botol vaksin karena fungsinya hanya untuk memastikan bahwa di dalam botol tersebut tidak tumbuh bakteri. Botol secara individu tidak mengandung thiomerosal.

6. Terkena flu memang menyakitkan, tapi ini bukan penyakit serius
"Flu adalah penyakit yang sangat serius," ujar Dr. Cunningham. Setiap tahun, antara 15 juta hingga 60 juta kasus flu dilaporkan. Lebih dari 200 ribu orang terkena flu yang masuk rumah sakit setiap tahun. Selain itu, tiga ribu hingga 50 ribu orang di Amerika meninggal akibat flu setiap tahunnya.

Salah satu alasan orang tidak mempersepsikan flu sebagai penyakit serius adalah karena kasus-kasus stomach flu dipahami secara keliru sebagai infeksi virus influenza. "Influenza yang sesungguhnya adalah infeksi paru-paru dan sistem pernapasan," ujar dia. Orang yang terinfeksi flu akan mengalami nyeri tubuh, demam, tinggi dan hidung tersumbat.

Sumber: LIVE SCIENCE