Minggu, 04 November 2012

Ingin Produksi ASI Banyak? Konsumsi Daun Ubi Jalar


Ibu-ibu yang sedang menyusui kadang suka terkendala dengan produksi ASI yang menurun. Ada beberapa cara alami yang bisa dilakukan untuk meningkatkan produksi ASI ini, salah satunya adalah dengan konsumsi daun ubi jalar.


Biasanya produksi ASI akan menurun setelah 5 bulan, padahal pemberian ASI Eksklusif harus terus dilaksanakan hingga bayi berusia 6 bulan. Kondisi ini kadang membuat ibu menyusui berhenti memberikan ASI pada bayinya, padahal beberapa makanan tertentu bisa meningkatkan produksi ASI. "Ubi jalar itu daunnya bisa meningkatkan gizi bayi, karena daunnya ini dapat meningkatkan produksi ASI," ujar Prof dr Ahmad Sulaeman, ahli pangan dari IPB dalam acara Jelajah Gizi Sarihusada di Gunung Kidul, Yogyakarta, Jumat (2/11/2012). Prof Ahmad menjelaskan ada upaya peningkatan produksi ASI melalui konsumsi daun ubi jalar. Hal ini karena dalam daun tersebut ada zat-zat laktagogum yang bisa meningkatkan produksi ASI. Selain itu di dalam daun ini juga ada kandungan karotenoid dan zat besi.
Diketahui penggunaan daun ubi jalar untuk tingkatkan ASI ini sudah digunakan di beberapa negara, salah satunya di Filipina. Selain daun ubi jalar, bisa juga dikonsumsi daun katuk, daun kelor atau pepaya muda. Prof Ahmad menuturkan daun ini juga mengandung provitamin A yang tinggi dan protein. Tapi jika ingin mengonsumsinya, sebaiknya pilih yang organik atau tidak menggunakan pestisida, karena jika di daun tersebut ada pestisida dan dimakan oleh ibu yang menyusui, maka zat-zat dari pestisida ini akan masuk ke dalam tubuh bayi. Diketahui ada beberapa hal yang bisa mempengaruhi produksi ASI, termasuk kondisi fisik, mental dan emosional. Karenanya tak jarang menemukan ibu yang tidak bisa memberikan ASI ekslusif pada bayinya akibat jumlah ASI yang sedikit. Namun dengan belajar mengenali tingkat kenyamanan serta menyusun rencana yang baik termasuk mengetahui makanan apa saja yang bisa membantu perbanyak jumlah ASI, maka proses menyusui akan menjadi lebih mudah.

Sumber: detikhealth