Wanita hamil sedang tertidur. |
Posisi tidur untuk wanita hamil patut diperhatikan. Sebuah studi yang dilakukan peneliti Australia menemukan, wanita hamil yang tidur terlentang bisa meningkatkan risiko keguguran. Studi yang dikenal sebagai Sydney Stillbirth Study ini mempelajari kehamilan dari 295 perempuan di delapan rumah sakit di Australia.
Studi tersebut dilakukan selama lima tahun. Hasilnya, perempuan hamil yang tidur dengan dengan posisi punggung di bawah berisiko enam kali lebih besar mempunyai bayi lahir mati. Kepala peneliti Dr Adrienne Gordon dari Sydney's Royal Prince Alfred Hospital mengatakan penelitian sebelumnya telah menemukan bahwa posisi tidur terlentang dalam jangka waktu lama telah menghalangi aliran darah ke janin. Sebagaimana diberitakan laman Daily Mail, 15 Oktober 2012, bayi lahir mati adalah bayi yang lahir setelah 24 pekan kehamilan. Jika bayi mati sebelum pekan 24, itu dikenal sebagai keguguran.
Di Inggris, ada sekitar 4 ribu bayi lahir mati setiap tahun atau 11 bayi lahir mati setiap hari. Pada kebanyakan kasus bayi lahir mati, penyebab langsungnya tidak dapat dijelaskan. Namun, 10 persen bayi lahir mati mempunyai beberapa jenis ketidaknormalan dan penyebab lain yang mungkin termasuk masalah kesehatan ibu atau masalah terkait plasenta, yang dikaitkan dengan aliran darah ke bayi. Terkait posisi tidur, faktor risiko yang signifikan untuk bayi lahir mati diantaranya seberapa besar pergerakan bayi.
"Kami menemukan asosiasi antara penurunan gerakan bayi dan bayi lahir mati," kata Gordon. Di sisi lain, pada perempuan hamil yang sehat dan mempunyai kelahiran hidup, frekuensi dan kekuatan gerakan janin betul-betul meningkat di akhir-akhir kehamilan. Tahun lalu, sebuah studi di University of Aucland menemukan bahwa ibu yang tidur terlentang atau tidur menghadap ke sisi kanan pada malam sebelum melahirkan adalah dua kali lebih cenderung memiliki bayi lahir mati dibanding mereka yang tidur menghadap sisi kiri. Meski demikian, peneliti mewanti-wanti perempuan hamil untuk tidak terlalu khawatir dengan temuan ini. "Ini adalah studi observasi, bukan sesuatu yang bisa menunjukan sebab-akibat," kata kepala peneliti Tomasina Stacey.