Bayi Sedang Sakit Perut. |
Gangguan pencernaan pada bayi, termasuk kondisi yang kerap dirasakan. Sebenarnya masih dalam batas wajar kalau kemudian kita tahu cara mengatasinya. Tapi menjadi tidak wajar kalau kondisi itu terjadi berulang kali dan “menyengsarakan” si bayi.
Sebenarnya kalau diamati, ada berbagai penyebab terjadi gangguan pencernaan pada bayi. Bisa dari makanan, susu, atau kondisi sekitar yang memang menganggu. Dalam beberapa penelitian salah satu yang perlu diwaspadai adalah makanan pada bayi. Pencernaan yang masih lemah dengan makanan keras, harus benar-benar diantisipasi oleh orangtua si anak. Kemudian ada juga karena sebab-sebab kesalahan membuat takaran susu formula yang tepat.
Takaran susu formula umumnya sudah dibuat sedemikian rupa dengan memerhatikan osmolaritas (tingkat kekentalan) yang disesuaikan dengan kemampuan fungsi pencernaan bayi. Juga dengan memerhatikan komposisi masing-masing produk susu yang dibuat. Jika standar pengenceran itu dilanggar, maka sistem pencernaan bayi tidak bisa menerima, sehingga dapat menimbulkan berbagai gangguan pencernaan. Selain itu, fungsi pencernaan bayi juga umumnya belum optimal dan mudah terganggu jika asupan yang diterima “tidak sesuai” dengan kemampuannya. Pelarutan dengan takaran yang tepat sebaiknya dilakukan hingga anak berusia satu tahun. Di atas itu, takaran tepat umumnya sudah tidak menjadi prioritas lagi.
Jika si kecil mengonsumsi susu terlalu kental atau tidak dicampur air sekalipun biasanya tidak menimbulkan gangguan kesehatan yang berarti. Karena fungsi pencernaan anak sudah matang. Meski bisa menerima, sistem pencernaan bayi tidak bisa “mengolah” susu formula yang terlalu kental dengan optimal. Akibatnya, tinja bayi menjadi keras sehingga susah buang air besar atau malah sembelit. Ciri-ciri sembelit diantaranya perut sakit saat BAB. Pada bayi ditandai dengan muka kemerahan, menangis, dan mengedan. Frekuensi BAB lebih jarang atau kurang dari tiga kali seminggu, tinjanya keras serta massa tinja teraba pada perut. Jika tidak diatasi, sembelit bisa menjadi akut bahkan kronis.
Dikatakan akut jika gangguan berlangsung selama 1-4 minggu. Sedangkan dikatakan kronis jika berlangsung lebih dari sebulan. Semakin kronis semakin lama pengobatannya. Dampak jangka panjang, kuman-kuman di usus besar menjadi menumpuk berlebihan. Selanjutnya akan terjadi infeksi di usus. Jika dibiarkan, bayi pun bisa mengalami sepsis dan terancam nyawanya. Dengan demikian, tidak buru-buru memberi obat saat bayi sembelit merupakan tindakan yang disarankan. Lebih baik konsultasikan pada ahli untuk mencari penyebab. Tentu tidak fair kalau susu formula kemudian dianggap sebagai satu-satunya penyebabnya. Masih juga sembelit? Bagaimana mengatasinya? Berikan bayi atau batita makanan yang dapat mengurangi sembelit. Hindari dulu beras, roti putih, sereal beras, pisang, buah apel, wortel yang dimasak, susu, dan keju yang berpotensi memicu sembelit. Bila bayi mulai menunjukkan tanda-tanda sembelit, berikan tumbukan buah peach atau prune untuk mengurangi sembelitnya.
Tambahkan makanan berserat ke dalam menu bayi dan balita. Serat melembutkan feses dengan menyerap air ke feses dan membuatnya berbentuk dan mudah untuk lewat. Makanan berserat untuk bayi yang lebih tua adalah sereal, biskuit terigu, roti dan biskuit dari gandum, sayuran kaya serat seperti kacang polong, brokoli, serta buncis. Buah-buahan sebagai pencuci perut adalah buah aprikot, pir, prem, dan peach.
Berikan air lebih banyak. Kadang bayi kurang minum air putih tanpa Anda sadari. Padahal memberikan air adalah cara paling gampang dan murah untuk melunakkan kotoran anak. Air esktra harus disertai dengan serat yang ekstra. Bila anak sakit saat sembelit, dapat juga Anda gunakan supositoria gliserin, yaitu obat yang disisipkan ke dalam dubur yang berfungsi untuk melumasi dubur bila anak mengalami luka di rektum. Walaupun obat ini dijual bebas di apotek, sebaiknya penggunaannya dikonsultasikan ke dokter karena banyak juga ahli medis berpendapat bahwa penggunaan obat ini tidak bisa dilakukan terus-menerus.