Kemampuan otak untuk mengingat ternyata dapat dilihat dari kecepatan berjalan, atau ketrampilan tubuh lainnya. Pada orang-orang berusia 90 tahun misalnya, mereka yang mengalami kesulitan berjalan lebih mungkin terserang demensia.
Sebuah studi dilakukan untuk tes kemampuan fisik, para peneliti melibatkan 629 orang berusia tua. Tes tersebut meliputi berjalan sejauh empat meter, berdiri dari tempat duduk, dan gerakan keseimbangan. Semakin buruk hasil dari tes fisik ini, semakin besar kemungkinan mereka untuk mengalami demensia, penurunan funfsional otak yang biasanya diawali dengan gejala pikun. Sebagai contoh, mereka yang berjalan lebih lambat, lebih mungkin mengalami demensia, dibandingkan dengan mereka yang berjalan dengan lebih cepat.
"Hasil penelitian menunjukkan bahwa penurunan kinerja fisik dikaitkan dengan kemungkinan peningkatan demensia. Kami melihatnya berdasarkan keseimbangan mereka saat berdiri, dan kemampuan atau kekuatan untuk mencengkeram sesuatu," papar Dr Szofia Bullain, salah satu peneliti dari University of California, Irvine. Studi yang dipublikasikan dalam jurnal Archives of Neurology ini, sebelumnya juga telah meneliti adanya keterkaitan antara penurunan kemampuan fisik dan gangguan memori seseorang. Penurunan fungsi kognitif sendiri dikaitkan dengan adanya pembentukan plak di beberap adaerah otak. Plak ini kemudian menghancurkan neuron dan memicu kerusakan jaringan otak yang ditandai dengan kehilangan memori atau pikun, dan gangguan perilaku.
Daily Mail juga pernah menuliskan, jika penurunan memori ini juga bisa dihubungkan dengan kebiasaan makan yang buruk. Junk food misalnya, makanan ini secara instan dapat menaikkan tekanan daran dan kolesterol. Kondisi ini jelas akan mengganggu pasokan darah darah dan insulin ke otak. Sementara insulin dibutuhkan untuk memperkuat hubungan antara sel-sel otak, menjaga pembuluh darah agar tetap dapat memasok darah dan oksigen menuju otak, untuk meningkatkan kemampuan berpikir dan mengingat.
© VIVA.co.id
Sebuah studi dilakukan untuk tes kemampuan fisik, para peneliti melibatkan 629 orang berusia tua. Tes tersebut meliputi berjalan sejauh empat meter, berdiri dari tempat duduk, dan gerakan keseimbangan. Semakin buruk hasil dari tes fisik ini, semakin besar kemungkinan mereka untuk mengalami demensia, penurunan funfsional otak yang biasanya diawali dengan gejala pikun. Sebagai contoh, mereka yang berjalan lebih lambat, lebih mungkin mengalami demensia, dibandingkan dengan mereka yang berjalan dengan lebih cepat.
"Hasil penelitian menunjukkan bahwa penurunan kinerja fisik dikaitkan dengan kemungkinan peningkatan demensia. Kami melihatnya berdasarkan keseimbangan mereka saat berdiri, dan kemampuan atau kekuatan untuk mencengkeram sesuatu," papar Dr Szofia Bullain, salah satu peneliti dari University of California, Irvine. Studi yang dipublikasikan dalam jurnal Archives of Neurology ini, sebelumnya juga telah meneliti adanya keterkaitan antara penurunan kemampuan fisik dan gangguan memori seseorang. Penurunan fungsi kognitif sendiri dikaitkan dengan adanya pembentukan plak di beberap adaerah otak. Plak ini kemudian menghancurkan neuron dan memicu kerusakan jaringan otak yang ditandai dengan kehilangan memori atau pikun, dan gangguan perilaku.
Daily Mail juga pernah menuliskan, jika penurunan memori ini juga bisa dihubungkan dengan kebiasaan makan yang buruk. Junk food misalnya, makanan ini secara instan dapat menaikkan tekanan daran dan kolesterol. Kondisi ini jelas akan mengganggu pasokan darah darah dan insulin ke otak. Sementara insulin dibutuhkan untuk memperkuat hubungan antara sel-sel otak, menjaga pembuluh darah agar tetap dapat memasok darah dan oksigen menuju otak, untuk meningkatkan kemampuan berpikir dan mengingat.
© VIVA.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar