Menurut
pabrik Zoll, AutoPulse yang bersifat non-invasif, mampu memompa laju darah pada
jantung ke seluruh tubuh lebih terarah ketimbang kompresi manual dengan bantuan
tangan seperti yang dilakukan para dokter selama ini. Dan, teknik ini
meminimalisir waktu jeda pada pemompaan jantung dibandingkan CPR konvensional.
AutoPulse
bukan barang baru. Perangkat ini dikomersialisasikan pertama kali pada tahun
2003, sekitar satu dekade silam. Lembaga Emergency Medical Technicians (EMT)
telah berdiskusi seputar kegunaan perangkat dan teknik CPR ini selama
bertahun-tahun.
"Teknik
ini membuat tekanan di dada terus menerus hingga mendekati tingkat terapeutik
(mengobati)," ujar David Silvia, sukarelawan EMT Intermediate and Sandy
Ore, pada ProCPR Blog.
"Yang
pada gilirannya nanti membantu kita bisa mengurangi konsumsi obat-obatan. Ini
akan mengubah cara kita, terutama mereka yang terlibat dalam medis dan
kedokteran, untuk mengatasi insiden serangan jantung," tambah Nathan
Jaqua, seorang mahasiswa EMT Basic. "Kami menggunakan kemampuan yang sama,
namun mengubah seluruh atmosfer."
Pada tahun
2010, National Center for Biotechnology Information (NCBI) di AS sempat
melakukan penelitian lebih lanjut tentang pengaruh AutoPulse di luar lingkungan
rumah sakit dalam antisipasi serangan jantung resusitasi.
Hasilnya,
setelah melibatkan 29 responden, yang mana semuanya adalah pasien penyakit
jantung, NCBI menyimpulkan bahwa AutoPulse mampu meningkatkan tekanan darah
diastolik lebih besar dibandingkan melakukan kompresi pada dada.
Departemen
itu bahkan mengatakan bahwa prosedur baru ini sangat menjanjikan dan manfaatnya
bisa diandalkan untuk perawatan pasien ke depannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar